Senin, 25 April 2011

EYD (Part 1)

A.  Pengertian          

                Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi dalam bentuk tulisan serta penggunaan tanda baca. 
     1.  Jenis Ejaan
  • Ejaan Van Ophuijsen (1901), diresmikan
  • Ejaan Republik/Suwandi (1947), diresmikan
  • Ejaan Pembaharuan (1956), tidak diresmikan
  • Ejaan Melindo (1959), tidak diresmikan
  • Ejaan Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (1967), tidak diresmikan
  • Ejaan Yang Disempurnakan (1972), diresmikan dan dipakai sampai sekarang dengan berbagai      perbaikan.

     2.  Persukuan
 
                Persukuan dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan atas :
        a.        Kata Dasar
·         Dua vokal berurutan, kaidah ejaan adalah penggal di antara dua vokal tersebut
               Misalnya, main menjadi ma-in  (KV-VK)   dan saat menjadi sa-at (KV-VK)
                                                                                                                 
·         Dua konsonan berurutan,kaidah ejaan adalah penggal di antara dua konsonan tersebut.
               Misalnya, mandi menjadi man-di (KVK-KV) dan  sombong menjadi som-bong (KVK-KVK)
                                                                                                                              
·         Dua vokal mengapit satu konsonan,kaidah ejaan adalah penggal antara vokal pertama dengan konsonan
               Misalnya, bapak menjadi ba-pak (KV-KVK) dan barang menjadi ba-rang (KV-KVK)
                                                                                                                              
       b.        Kata Berimbuhan           
       Pola persukuan untuk kata berimbuhan adalah penggal antara imbuhan dan kata dasar lalu penggal kembali kata dasar seperti pola persukuan di atas.
      Misalnya, berlari menjad ber-la-ri (KVK-KV-KV) dan berpakaian  menjadi  ber-pa-kai-an  (KVK-KV-KV-VK)


1
 
                                                                                                               

     3.  Gabungan Kata

  • Gabungan Kata yang mendapatkan awalan dan akhiran, kaidah ejaan adalah ditulis serangkai.

     Misalnya: menggarisbawahi                            dilipatgandakan
  • Gabungan kata yang mendapatkan awalan atau akhiran, kaidah ejaan adalah ditulis terpisah.

     Misalnya: bertepuk tangan                              sebar luaskan

 

     4.  Partikel


  a. Pun
·         Pun ditulis serangkai adalah adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, begitupun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun.


 

·         Pun  ditulis terpisah adalah apabila artinya saja atau juga.
Misalnya: Saya pun akan datang ke pesta itu.
                 Apa pun yang terjadi aku tetap akan datang ke pesta itu.
  b. Per
·         Per ditulis serangkai apabila bertemu dengan bilangan pecahan
Misalnya: Ayah mendapatkan bagian dua perlima dari harta itu.
                    Kami menunggumu di perempatan
·         Per ditulis terpisah apabila bermakna mulai, demi, dan tiap.
Misalnya: Sanksi itu berlaku per 1 Agustus 2003.
                   Masuklah ke ruangan satu per satu!
  c. Maha
·         Maha ditulis serangkai apabila bertemu dengan kata dasar
Misalnya: Mahakuasa           Mahabesar                    mahasiswa
Kecuali maha bertemu dengan kata esa: Maha Esa
·         Maha ditulis terpisah apabila bertemu dengan kata berimbuhan
Misalnya: Maha Penyayang    Maha Pengasih

     5.  Penulisan Bilangan

  a.  Bilangan yang terdiri atas satu atau dua kata, kaidah ejaan adalah ditulis dengan huruf
              Misalnya:   Ayam yang dibeli ibu dua ekor.
            Itik yang dipelihara kakek berjumlah lima belas ekor.

  b. Bilangan yang terdiri lebih dari dua kata, kaidah ejaan adalah ditulis dengan angka.
              Misalnya:   Tupai yang ada di kebun binatang ini berjumlah 35 ekor.
            Sel darah putih yang dimiliki manusia berjumlah 6.000–9.000 buah sel.

            Catatan: bilangan yang lebih dari dua kata yang ditulis dengan angka tidak boleh berada di awal kalimat. Sedapat mungkin ubahlah kalimat itu sehingga bilangan berada di tengah kalimat.
             Misalnya:    35 ekor harimau sumatera dikirim ke kebun binatang. (salah)
            Tiga puluh lima ekor harimau sumatera dikirim ke kebun binatang. (salah)
            Harimau sumatera dikirim ke kebun binatang berjumlah 35 ekor. (benar)

  c.  Bilangan yang berbentuk pemerincian, kaidah ejaan adalah ditulis dengan angka.
              Misalnya:    Ibu membeli 25 butir telur, 35 butir kelapa, dan 5 ekor.



                                                                    Kita selalu cukup waktu,  asal kita mau
                                                                                                       menggunakannya                   (W.J. Brown)

0 komentar:

Posting Komentar