Rabu, 14 Juli 2010

Pendidikan Psikologi

Pendahuluan
Pertumbuhan dan perkembangan emosi, seperti juga pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Seorang yang baru lahir sudah dapat menangis, tetapi ia hampir mencapai tingkat kematangan tertentu sebelum ia dapat tertawa. Kalau seseorang itu sudah lebih besar, maka ia akan belajar bahwa menangis dan tertawa dapat digunakan untuk maksud-maksud tertentu pada situasi-situasi tertentu. Pada orang yang baru lahir, satu-satunya emosi yang nyata adalah kegelisahan yang nampak sebagai ketidaksenangan dalam baru menangis dan meronta.
Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau perasaan tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai atau perbuatan-perbuatan kita sehari-hari itu. disebut warna efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar saja.
Perbedaan antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan kualitatif yang tidak jelas batasnya. Pada suatu saat tertentu, suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagai emosi. Jadi, sukar sekali kita mendefinisikan emosi. Oleh karena itu, yang dimaksudkan dengan emosi di sini bukan terbatas pada emosi atau perasaan saja, tetapi meliputi setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai dengan warna efektif, baik pada tingkat yang lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang (mendalam).
Dengan begitu diperlukan pembahasan mengenai emosi yang dapat mendukung dalam pengkajian tentang konsep emosi itu sendiri dari berbagai sudut pandang para tokoh dan ilmuwan, salah satunya penjelasan emosi yang dikemukakan oleh makalah ini.
Pembahasan
A. Pengertian Emosi
Semua emosi, pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak yang mendapatkan stimulus dari dalam maupun dari luar. Akar kata emosi adalah movere, kata kerja bahasa Latin yang berarti menggerakkan, bergerak, ditambah awalan “e” untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecendrungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Bahwasanya emosi memancing tindakan, tampak jelas bila kita mengamati bintang anak-anak; hanya pada orang-orang dewasa yang beradab kita begitu sering menemukan perkecualian besar dalam dunia makhluk hidup, emosi akar dorongan untuk bertindak terpisah dari reaksi-reaksi yang tamapk di mata.
Menurut Daniel Goleman, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu.
Sehingga, emosi merupakan suatu keadaan yang komplek dari organisme perasaan yang disertai dengan perubahan-perubahan dalam organ tubuh yang sifatnya luas, biasanya ditandai oleh perasaan yang kuat yang mengarah ke suatu bentuk perilaku tertentu, erat kaitannya dengan kondisi tubuh, denyut jantung, sirkulasi dan pernafasan.Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Perasaan seringkali disamaartikan dengan emosi, namun kedua hal tersebut dapat dibedakan. Emosi lebih bersifat intens dibandingkan perasaan, sehingga perubahan jasmaniah yang diimbulkan oleh emosi lebih jelas dibandingkan perasaan. Aspek-aspek emosi mencakupi:
1. Perasaan subjektif.
2. Dasar fisiologis perasaan emosional.
3. Pengaruh terhadap persepsi.
4. Kelengkapan motivasional tertentu.
5. Cara emosi ditunjukkan dalam bahasa,dan ekspresi wajah.

B. Fungsi Emosi
Dimana kita ketahui bahwa fungsi emosi itu sendiri bagi manusia adalah sebagai survival atau sebagai untuk mempertahankan hidup agar manusia itu sendiri memiliki kekuatan untuk membela dan mempertahankan diri terhadap adanya gangguan atau rintangan. Seperti adanya perasaan cinta, sayang, cemburu, atau benci, sehingga dapat membuat manusia menikmati hidup dalam kebersamaan dengan manusia lain. Adapun fungsi emosi sebagai energizer (sebagai pembangkit energi) yang memberikan kegairahan dalam hidup manusia. Sebagai pembangkit energi disini maksudnya seperti cinta dan kasih sayang, sebaliknya emosi yang negatif seperti sedih, marah, dan benci, membuat kita merasakan hari-hari yang suram dan nyaris tidak ada gairah atau semangat hidup.
Emosi juga dibutuhkan dalam Kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta, dan kebutuhan akan penghargaan. Dari beberapa kebutuhan tersebut bahwa emosi sangat berperan akan kepentingan diri sendiri, sehingga untuk mendapatkan hal tersebut seseorang akan mengendalikan emosi yang di hadapinya. Disini, seseorang berperan pada hubungan antara perasaan, watak, dan naluri moral. Semakin banyak bukti bahwa sikap etik dasar dalam kehidupan berasal dari kemampuan emosional yang melandasinya.


C. Jenis dan Pengelompokkan Emosi
Perlu kita ketahui bahwa jenis emosi manusia banyak dan beragam. Namun, secara garis besar, emosi manusia dibedakan dalam dua bagian, yaitu emosi yang menyenangkan atau emosi positif, dan emosi yang tidak menyenangkan atau mosi yang negatif. Emosi yang menyenangkan adalah emosi yang menimbulkan perasaan positif pada orang yang mengalaminya, diantaranya adalah cinta, sayang, senang, gembira, kagum dan sebagainya. Sedangkan, emosi yang tidak menyenangkan adalah emosi yang menimbulkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya, diantaranya sedih, marah, benci, takut dan sebagainya.
Emosi berkaitan dengan sikap yang membuat efek membekas dan dirasakan terhadap suatu objek dapat bersifat positif atau negatif. Adapun emosi yang bersifat negatif temasuk marah, tanpa kita sadari banyak dampak negatif dari sikap marah ini seperti berakibat pada fisiologis, psikologis, dan sosial.
Membedakan satu emosi dari emosi lainnya dan menggolongkan emosi-emosi yang sejenis ke dalam satu golongan atau satu tipe adalah sangat sukar dilakukan karena hal-hal yang berikut ini:
1. Emosi yang sangat mendalam (misalnya sangat marah atau sa¬ngat takut) menyebabkan aktivitas badan yang sangat tinggi, sehingga seluruh tubuh diaktifkan, dan dalam keadaan seperti ini sukar untuk menentukan apakah seseorang sedang takut atau sedang marah.
2. Satu orang dapat menghayati satu macam emosi dengan berbagai cara. Misalnya, kalau marah ia mungkin gemetar di tempat, tetapi lain kali mungkin ia memaki-maki, dan lain kali lagi ia mungkin lari.
3. Nama yang umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi biasanya didasarkan pada sifat rangsangnya bukan pada keada¬an emosinya sendiri. Jadi, "takut" adalah emosi yang timbul terhadap suatu bahaya, "marah" adalah emosi yang timbul terhadap sesuatu yang menjengkelkan.
4. Pengenalan emosi secara subyektif dan introspektif, juga sukar dilakukan karena selalu saja akan ada pengaruh dari lingkungan.
Emosi dapat muncul tidak disadari dan tanpa diniatkan. Seseorang baru sadar mengalami sebuah emosi setelah emosi itu dialami sendiri, Misalnya bertemu dengan musuh, tiba-tiba saja marah. Sebaiknya, emosi yang bersifat seperti ini harus dihindari dan tak mempunyai nilai apapun.
Mengingat banyaknya jenis emosi, para ahli tidak memiliki kesamaan pendapat tentang hasil penelitian, dimana menurut penelitian Paul Ekman menunjukkan bahwa ekspresi wajah yang tertentu pada keempat jenis emosi yaitu takut, marah, sedih, dan senang dikenali oleh bangsa-bangsa diseluruh dunia. Ini menunjukkan bahwa keempat emosi tersebut adalah emosi inti atau emosi dasar pada manusia.

D. Fisiologi Emosi
Tanpa kita sadari bahwa, perubahan yang terjadi pada tubuh kita itu dapat dirasakan ketika kita merasa sangat senang, sangat sedih, sangat marah, dan sangat ketakutan. Menurut para ahli bahwa observasi langsung dengan menggunakan alat perekaman dapat memberikan informasi tentang perubahan tubuh yang terjadi ketika emosi. Dengan demikian, para ahli dapat mengukur detak jantung, tekanan darah, aliran darah, aktifitas perut dan sistem pencernaan, dan banyak lainnya perubahan yang terjadi pada tubuh karena emosi.
Ada dua pola respon tubuh yang terjadi ketika seseorang emosi. Pola respon pertama adalah reaksi emergency atau yang dikenal dengan respon flight or fight respoon ini terjadi apabila kondisi emosi kita meningkat atau aktif, misalnya ketika kita marah atau takut, terjadi peningkatan aktifitas dalam sistem saraf simpatik. Aktifitas inin menimbulkan perubahan pada tubuh seperti tekanan jantung meningkat, pembuluh darah dalam otot membesar, dan lain sebagainya. Akibatnya, tegangan otot dan pernafasan menjadi meningkat. Sedangkan, bentuk respon yang kedua adalah respon relaksasi yang timbul bila kondisi emosi kita dalam keadaan tenang atau meditatif. Pola respon tubuh selama kondisi relaksasi meliputi penurunan aktifitas dalam sistem saraf, hal tersebut selanjutnya menyababkan reaksi tubuh yang berlawanan dengan kondisi emosi aktif atau bangkit. Perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon tubuh terhadap kondisi emosi yang sifat responnya umum dan ada pula yang sifatnya spesifik (bergantung pada jenis emosi yang terjadi).
Emosi yang muncul disertai reaksi fisiologis yang dapat dikenali, misalnya detak jantung meningkat cepat, tangan gemetar, ingin kabur, dan sebagainya. Selain hal tersebut juga akan bedampak bahaya pada psikologis manusia seperti selalu merasa bersalah sehingga akan mengalami depresi dan penyakit lainnya. Kemudian dari suatu kemarahan akan berdampak pada sosial, dimana akan terganggu suatu hubungan seseorang sehingga hubungan itu akan berakhir terhadap orang yang menjadi objek kemarahan tersebut.
Maka menurut hasil penelitian para psikolog menunjukkan bahwa kondisi emosi tertentu saja yang bisa menimbulkan perubahan pada tubuh tertentu saja, selain itu juga ditunjukkan bahwa gerakan otot wajah sangat berkaitan dengan respon adaptif internal tubuh dalam emosi.

E. Upaya Pengendalian Emosi
Dalam pengendalian suatu emosi dapat digantikan dari emosi negatif menjadi emosi yang positif. Seperti kemarahan diubah menjadi ketenangan dan kebencian menjadi kasih sayang, sehingga sering disebut para ahli teknik Substitusi. Adapun yang menggunakan teknik pengalihan, dengan pengalihan itu emosi cukup bermanfaat untuk dirinya.
Gangguan-gangguan emosi itu amat sering menghalangi peluang dan mengurangi kesanggupan orang untuk memecahkan masalah yang dihadapi mereka, dan mengatasi berbagai masalah dalam relasi, secara memuaskan. Emosi-emosi yang serba mengganggu dan tidak bersifat menolong adalah rasa bersalah yang berlebihan, kemarahan, depresi, rasa malu dan sikap yang memalukan.
Untuk mengendalikan emosi kita harus lebih mengetahui hal yang akan membuat kita marah, maka dalam membedakan emosi, dapat berdasarkan kejadian yang menimbulkan emosi dan tanda-tanda munculnya emosi, emosi datang berdasarkan motif. Motif merupakan pengertian yang berkaitan semua penggerak atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan dia berbuat sendiri. Tingkah laku manusia menyebabkan seseorang berbuat sesuatu. Sehingga jika kita mengalami gejala-gejala yang akan membuat emosi maka dapat kita alihkan dengan suatu pekerjaan.
Apapun emosi yang kita keluarkan pasti akan berpengaruh besar pada proses pembelajaran. Emosi yang positif dapat dengan cepat seseorang mencerna sesuatu dalam pembelajaran. Begitu juga sebaliknya, dengan emosi negatif seseorang akan lebih susah mencerna pembelajaran.
Pembelajaran yang berhasil adalah bagaimana kita menciptakan emosi yang positif, adapun caranya :
a. Menciptakan suasana kelas yang nyaman. Misalnya, menata ruang kelas.
b. Proses pembelajaran yang nyaman. Misalnya, menggunakan alat bantu musik yang lembut.
c. Kegembiraan belajar, yang akan menimbulkan minat siswa untuk belajar sehingga akan terciptanya makna dan pemahaman siswa.

F. Kecerdasan Emosi
Kecerdasan butuh pengolahan emosi yang sehat, sehingga akan menghasilkan seseorang yang sukses untuk sekarang dan masa yang akan datang. Kecerdasan emosi ini bagaimana kita mengendalikan diri sendir, mengola, dan mengekspresikan emosi dengan tepat, bahkan terhadap orang lain. Sehingga unsur terpenting kecerdasan emosi ini empati dan kontrol diri.
Seharusnya kecerdasan emosi yang sehat telah ditumbuhkan sejak lahir, apabila hal ini telah diterapkan maka hal itu akan terus dibawa anak berinteraksi dengan orang lain.
Ada beberapa cara untuk emosi yang sehat sejak lahir:
1. Anak merasa dirinya diperhatikan oleh guru bukan di hagemoni.
2. Mengekspresikan emosi dengan bahasa tubuh atau dengan wajah terhadap anak.
3. Berilah nama dari emosi anak yang menonjol.
4. Ajarkan rasa empati terhadap sesuatu.
5. Buatlah disiplin yang konsisten agar anak mengerti otoritas.
6. Berilah contoh sikap kita terhadap anak yang benar.
7. Ajarkan nilai-nilai budaya setempat dimana anak hidup.
8. Kenali emosi anak yang menonjol, sehingga baru bisa mengenalinya dengan hal yang sehat itu.











Penutup
Dengan meningkatnya usia seseorang, semua emosi diekspresikan secara lebih lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Selain itu karena seseorang yang mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan lebih lama daripada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh sebab itu, ekspresi emosional mereka menjadi berbeda-beda. Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Jenis emosi yang secara normal dialami antara lain: cinta, gembira, marah, takut, cemas, sedih dan sebagainya.
Dengan adanya penjelasan mengenai emosi, maka diperoleh suatu wacana bahwa emosi itu sendiri merupakan suatu proses yang melibatkan aspek fisiologi dalam diri sorang individu, selain itu ada aspek lain seperti psikologis dan fisik. Hal ini dapat dilihat dari organ fisik yang bereaksi disertai perasaan dalam diri seseorang saat mendapatkan stimulus yang kemudian termanifestasi dalam bentuk perilaku tertentu yang disebut sebagai emosi (baik negatif ataupun positif ).










Daftar Pustaka

Dirgagunarsa, Singgih. 1978, Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara.
Dryden, Windy; Jack Gordon, 1994, Bagaimana Mengatasi Masalah Emosional Anda, Jakarta: Arcan.
Goleman, Daniel, 2003, Emotional Intelligence, Jakarta: Pustaka Utama.
Khadijah, Nyayu, 2009, Psikologi Pendidikan, Palembang: Grafika Telindo Pers.
Mubayidh, Makmun, 2006, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, Jakarta: Pustaka Al-Kaustar.
Schultz, Duane, 1991, Psikologi Pertumbuhan, Yogyakarta: Kanisius.
Surya Brata, Sumadi, 2003, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

0 komentar:

Posting Komentar